Matalampung.com,LIWA – Sejak dilantik pada 11 Desember 2017, separuh masa jabatan Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus dan Wakil Bupati Mad Hasnurin, fokus menangani pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal 2020. Mau tak mau, anggaran harus dipangkas untuk menangani penyebaran dan dampak Covid-19.
Termasuk pembangunan Lamban (Gedung) Budaya di Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat, di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit yang dimulai 2019. Pembangunan Lamban Budaya merupakan implementasi dari poin kedua dari Pitu Program yakni Penataan Kota Liwa Sebagai Kota Budaya.
Pitu Program itu, yakni Peningkatan Infrastruktur Mantap, Penataan Kota Liwa Sebagai Kota Budaya, Semua Bisa Melanjutkan Sekolah, Pelayanan Masyarakat Sehat, Mensejahterakan Petani, Masyarakat Berdaya Saing, Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik, dan Peningkatan Iman dan Takwa. Namun, Parosil Mabsus menargetkan pembangunan Gedung Budaya selesai tahun ini seiring berakhirnya masa jabatan pasangan ini.
Pasangan PM (Parosil Mabsus-Mad Hasnurin) sapaan akrab keduanya, berharap pada 2022 ini Lamban Budaya bisa diresmikan dan berfungsi untuk kegiatan kebudayaan, kesenian, dan destinasi wisata. Selain itu, dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menggelar acara seperti resepsi pernikahan dan lain-lain.
Pembangunan Lamban Budaya tersebut sebagai wadah mendukung pelestarian seni budaya Lampung Barat, dengan anggaran Rp20 miliar bersumber APBD berdasarkan detail engineering design (DED) Lampung Barat Tahun Anggaran 2019. “Lamban Budaya itu ditarget selesai dalam kurun waktu dua tahun dan dapat diresmikan pada 2021 lalu,” kata Parosil Mabsus, Senin (18/4/2022).
Setelah penyebaran wabah Covid-19 melandai, pada 2021 pembangunan Lamban Budaya tersebut kembali dilanjutkan dan pada Maret 2022 pembangunannya mencapai 60%. Dia mengatakan pembangunan tersebut selesai dan diresmikan di 2022 ini bersamaan di akhir masa jabatan PM pada 11 Desember 2022.
“Sebenarnya ditarget selesai tahun 2021. Tetapi karena terkendala Covid-19 sehingga baru dapat diselesaikan dan diresmikan tahun 2022 ini,” ungkap Parosil.
Dia menambahkan ini merupakan gedung budaya pusat kesenian dan destinasi wisata bukan museum. “Dengan adanya pengembangan dan pelestarian yang melalui wadah Lamban Budaya, kesenian dan kebudayaan di Lampung barat tidak mengalami kemunduran atau mendekati kepunahan,” kata dia.
Awalnya, Lamban Budaya itu merupakan bangunan gedung serba guna (GSG). Kemudian diganti dengan bangunan budaya. Jika dibandingkan dengan bangunan GSG lama, konstruksi bangunan Lamban Budaya ini berbeda jauh lebih kokoh, indah, dan menarik dengan desain yang menekankan sisi kebudayaan.
Sesuai rancangan pembangunan, Lamban Budaya ini menggunakan spesifikasi dua lantai dapat menampung hingga 1.000 orang, dengan konstruksi bangunan dilengkapi bore pile, footplat, dan sloof. Kemudian dilengkapi plat lantai dan plat tangga, pek atap dari onduline bitumen, pak pasangan dinding, pintu dan jendela, plapond, pengecatan, listrik, sanitasi, arsitektur, landscape, paving blok, dan pagar.
Menariknya, sisi kanan kiri tampak depan Lamban Budaya ini terpampang jelas lambang empat kepaksian yang menggambarkan empat kerajaan yang terdapat di Lampung Barat. Empat lambang kepaksian tersebut yakni, Kepaksian Pernong, Kepaksian Belunguh, Kepaksian Bejalan Di Way, dan Kepaksian Buay Nyerupa.
Selanjutnya fasilitas yang terdapat di lantai satu terdapat aula berukuran 23×19 meter, panggung, ruang persiapan, ruang audio dan lighting, gudang peralatan, dan enam toilet. Kemudian, terdapat tangga di dua sisi menuju lantai atas, serta terdapat pintu akses langsung yang digunakan untuk mempercepat akses ke lantai dua ke ruang rapat atau ruang tunggu.
Selain itu pintu masuk utama ke aula terdapat empat pintu dobel dan dua pintu masuk akses belakang. Pada depan bagian selasar dapat digunakan sebagai galeri terbuka.
Sementara, fasilitas lamban budaya pada lantai dua terdapat galeri empat kepaksian/kebuayan, dilengkapi dua toilet, ruang tunggu dan tribun VIP, ruang rapat, ruang informasi, ruang pengelola, ruang karyawan, dapur, ruang karyawan, dan selasar. Dengan dibangunnya Lamban Budaya secara representatif, diharapkan menjadi salah satu ikon Lampung Barat dalam melestarikan kebudayaan agar tidak luntur di tengah perkembangan zaman. (ADV)