MATALAMPUNG.COM, Bandarlampung – Politeknik Negeri Lampung (Polinela) melalui Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan terus memperkuat kontribusinya di bidang perkebunan dengan melakukan berbagai penelitian inovatif.
Salah satu penelitian terbaru yang digarap tim dari Polinela berfokus pada pengelolaan gulma melalui analisis vegetasi dan simpanan biji gulma dalam tanah pada berbagai sistem olah tanah.
Penelitian ini dipimpin oleh Resti Puspa Kartika Sari, S.P., M.Si., dengan anggota tim Ir. Bambang Utoyo, M.P., dan Lu’lu’ Kholidah Fauziah, S.Si., M.Sc.
Mereka berupaya menemukan sistem olah tanah terbaik yang mampu menekan pertumbuhan gulma secara efektif.
Menurut Resti Puspa, gulma menjadi salah satu kendala utama dalam usaha budidaya tanaman perkebunan.
Kehadiran gulma tidak diinginkan karena dapat bersaing dengan tanaman pokok dalam memperoleh nutrisi, air, dan cahaya, yang akhirnya menurunkan hasil produksi.
Gulma di lahan perkebunan dapat menghambat proses pemupukan, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen. Oleh karena itu, pengendalian gulma menjadi hal yang sangat penting,” ungkap Resti Puspa dalam rilisnya Sabtu, 24 Agustus 2024.
Resti menambahkan, salah satu cara pengendalian gulma yang efektif adalah melalui pengolahan tanah. Sistem olah tanah yang tepat dapat menekan pertumbuhan dan penyebaran gulma dengan menggunakan alat-alat pertanian.
Ada dua pendekatan utama dalam pengolahan tanah, yaitu sistem olah tanah konvensional (intensif) dan sistem olah tanah konservasi (minimum).
Sistem olah tanah intensif melibatkan penggemburan tanah secara terus-menerus menggunakan mesin atau alat pertanian untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Sementara itu, sistem olah tanah konservasi termasuk olah tanah minimum dan tanpa olah tanah lebih memperhatikan konservasi air dan tanah. Teknik ini menggunakan sisa tanaman atau gulma sebagai mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma.
Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Universitas Lampung dan Polinela yang telah berjalan sejak 1987. Kajian sistem olah tanah dan residu pupuk Nitrogen adalah bagian dari penelitian jangka panjang yang memasuki tahun ke-34, setelah lahan mengalami masa bera selama dua tahun.
Resti Puspa menyampaikan bahwa hasil penelitian tim Polinela menunjukkan bahwa penerapan sistem olah tanah konservasi yaitu sistem olah tanah minimum tanpa residu pupuk nitrogen dan tanpa olah tanah dengan residu dari pemupukan nitrogen 100 kg per hektar pada tahun 2021 mampu menekan pertumbuhan gulma hingga tahun 2024.
Dalam sistem ini, alat berat pertanian tidak digunakan untuk membalik tanah, sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran biji gulma dari dalam ke permukaan tanah.
Tim peneliti Polinela berkomitmen untuk terus melanjutkan penelitian ini guna memantapkan kebijakan pengendalian gulma yang mendukung pertanian berkelanjutan.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif bagi para pelaku usaha perkebunan dalam menghadapi masalah gulma. (*/rls)